KALTIMTARA.ID, BERAU – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau mengambil langkah strategis dalam menghadapi derasnya arus modernisasi dengan berupaya keras melestarikan warisan budaya lokal agar tidak tergerus zaman. Inisiatif tersebut diwujudkan melalui perhelatan Festival Olahraga Tradisional Berau 2025, yang sukses digelar selama dua hari, yakni pada Kamis dan Jumat (9–10 Oktober 2025), bertempat di jantung kota, Lapangan Batiwakkal, Tanjung Redeb.
Acara bergengsi ini secara resmi dibuka oleh Wakil Bupati Berau, Gamalis. Secara simbolis, prosesi pembukaan ditandai dengan pelepasan anak panah ke udara, sebuah gestur yang merefleksikan semangat kebersamaan dan sportivitas yang dijunjung tinggi.
Gamalis menegaskan bahwa olahraga tradisional memiliki makna yang jauh melampaui sekadar permainan rakyat biasa. Ia menekankan bahwa kegiatan ini merupakan cerminan utuh dari identitas dan nilai luhur masyarakat Bumi Batiwakkal.
“Olahraga tradisional adalah bagian tak terpisahkan dari warisan leluhur yang secara inheren mengajarkan prinsip kebersamaan, gotong royong, dan sportivitas. Adalah kewajiban kolektif kita untuk menjaganya agar tidak punah di tengah gencarnya penetrasi budaya digital,” ujarnya.
Ia turut menyoroti pentingnya sinergi antara pemerintah daerah, institusi pendidikan, dan seluruh elemen masyarakat dalam upaya revitalisasi permainan tradisional yang kini semakin terpinggirkan dari lingkungan anak-anak dan remaja.
“Kita tidak boleh membiarkan warisan budaya ini hanya menjadi dongeng sejarah. Melalui kegiatan seperti festival ini, semangat kebersamaan dan kecintaan pada akar budaya dapat tumbuh subur kembali di tengah komunitas,” terangnya.
Menurutnya, aktivitas olahraga tradisional tidak sekadar berfungsi sebagai hiburan rekreatif, tetapi lebih krusial sebagai media edukatif yang efektif menumbuhkan rasa bangga terhadap budaya lokal sekaligus memperkuat jalinan hubungan sosial antarwarga.
Dirinya berharap agar festival ini dapat ditingkatkan skalanya dan dijadikan agenda tahunan yang berkelanjutan dengan partisipasi yang lebih masif.
“Kami memiliki aspirasi kuat agar kompetisi ini terus dilaksanakan secara rutin dan semakin meriah setiap tahun, demi menumbuhkan kebanggaan generasi muda terhadap budaya sendiri,” ungkapnya.
Festival olahraga tradisional tahun ini menampilkan empat cabang olahraga utama, yakni hadang (16 regu), ketapel, panahan (196 peserta), serta sumpit (16 regu dari berbagai kecamatan).
Kegiatan ini secara holistik berfungsi ganda; tidak hanya sebagai arena kompetisi, tetapi juga sebagai sarana pembinaan, promosi olahraga tradisional, dan wadah untuk memperkuat nilai-nilai pelestarian budaya daerah di tengah dinamika perubahan zaman.
“Melalui inisiatif ini, kami bertekad memastikan bahwa budaya dan kearifan lokal Berau tetap hidup dan menjadi sumber kebanggaan bagi seluruh masyarakat,” pungkasnya.
Penulis: Dewi Ayu
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.