KALTIMTARA.ID, BERAU — Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 menjadi momentum strategis bagi Pemerintah Kabupaten Berau dalam menegaskan arah kebijakan pengelolaan sampah yang lebih sistematis dan partisipatif. Diselenggarakan di Hotel Mercure pada Senin (28/7/2025) malam, kegiatan ini diinisiasi oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) dengan mengangkat tema “Hentikan Polusi Plastik”, sejalan dengan keprihatinan global terhadap ancaman limbah plastik yang kian masif.
Tak hanya sekadar seremonial, acara ini juga menjadi ajang penghargaan bagi para pegiat lingkungan dan penyerahan fasilitas pendukung pengelolaan sampah berbasis komunitas. Pemerintah turut memaparkan capaian dan rencana aksi konkret dalam penanggulangan sampah plastik, termasuk inovasi teknologi dan pendekatan berbasis kearifan lokal.
Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas memberikan penekanan kuat bahwa permasalahan lingkungan, khususnya pengelolaan sampah adalah tanggung jawab bersama seluruh lapisan masyarakat. Ia menyoroti pentingnya kesadaran individu, termasuk pelaku usaha dan pedagang kaki lima, dalam menjaga kebersihan lingkungan.
“Kalau Berau menjadi tempat mencari nafkah, maka sudah selayaknya kita menjaganya seperti rumah sendiri. Mari kita ubah cara pandang, bahwa urusan kebersihan bukan semata tugas pemerintah, tetapi kewajiban kita semua,” terangnya.
Mengutip data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), Sri Juniarsih menyebut bahwa timbunan sampah di Berau pada 2024 mencapai 54.568 ton dengan 32 persen di antaranya belum terkelola dengan baik akibat keterbatasan armada dan tenaga operasional. Fakta ini menjadi alarm penting bahwa pengelolaan sampah membutuhkan pendekatan kolaboratif dan inovatif.
Sebagai langkah konkret, Sri Juniarsih mendorong masyarakat untuk mengambil bagian dalam gerakan lingkungan, mulai dari penggunaan biopori di pekarangan rumah, mengurangi plastik sekali pakai, hingga membiasakan pemilahan dan daur ulang sampah. Gerakan “Satu Orang Satu Pohon” juga terus digencarkan sebagai bagian dari upaya reboisasi dan penguatan ekosistem.
“Bila Berau ingin menjadi destinasi wisata berkelas, maka kebersihan adalah syarat mutlak. Kesadaran kolektif adalah kunci. Tidak bisa hanya mengandalkan petugas kebersihan. Ini soal tanggung jawab moral dan cinta kita terhadap tanah kelahiran,” tuturnya.
Kepala DLHK Berau, Mustakim Suharjana menyoroti urgensi perubahan paradigma dalam pengelolaan sampah. Menurutnya, Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) bukanlah jawaban akhir, melainkan hanya tempat bagi sisa residu yang tidak dapat dimanfaatkan lagi.
“Pemilahan sampah harus dimulai dari rumah. Sampah organik dapat dikelola menjadi kompos, sedangkan sampah anorganik bernilai ekonomis bisa disalurkan ke bank sampah, bahkan menjadi bentuk amal jika disumbangkan,” ujarnya.
Ia juga menekankan perlunya mengadopsi nilai-nilai kearifan lokal dalam pengelolaan sampah. Konsep “teba modern” dan lubang biopori sebagaimana diterapkan di Bali menjadi referensi penting yang kini mulai diadaptasi di Berau. Konsep tersebut terbukti mampu mengurangi tekanan terhadap TPA sekaligus mendorong terbentuknya siklus ekologis yang sehat melalui produksi kompos.
Dalam kesempatan tersebut, DLHK Berau turut menampilkan hasil inovasi pengelolaan sampah di Kampung Tanjung Batu melalui instalasi insinerator. Alat ini mampu membakar hingga 1 ton sampah per hari tanpa menggunakan bahan bakar minyak ataupun energi listrik. Teknologi ini menjadi bukti komitmen DLHK dalam menghadirkan solusi efisien dan ramah lingkungan bagi pengelolaan sampah terpadu di wilayah perkampungan.
Penulis: Dewi Ayu
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.