KALTIMTARA.ID, BERAU – Nuansa kebudayaan dan semangat ekonomi kerakyatan kembali menyemarakkan Kelurahan Sambaliung melalui Festival Abuta Banua 2025 yang resmi dibuka pada Kamis (31/7/2025). Kegiatan tahunan ini menjadi agenda penting dalam rangka peringatan HUT Kelurahan Sambaliung ke-23 dan Hari Lahir PKL Basuli yang ke-5, serta menjadi salah satu upaya kolektif dalam merawat identitas budaya lokal sambil menggerakkan roda ekonomi masyarakat.
Festival yang telah memasuki tahun kelima ini digelar berdasarkan Surat Edaran Kelurahan Sambaliung Nomor 38 Tahun 2025 dengan mengusung tema “Sambaliung Sanggam dan Berada”. Ketua Panitia, Evan Wahyudi menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan sekadar pesta rakyat, melainkan bentuk konkret dari komitmen masyarakat dalam mempertahankan nilai-nilai tradisi sekaligus memperkuat sektor wisata dan kuliner lokal.
“Kami ingin festival ini menjadi media edukatif sekaligus promosi, memperkenalkan budaya Banua kepada generasi muda, dan membuka peluang usaha baru bagi pelaku UMKM,” ungkapnya.
Rangkaian pembukaan ditandai dengan penampilan ritual adat mandi pengantin yang dibawakan oleh para duta wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Berau. Tradisi ini diyakini sebagai simbol penyucian dan harapan akan kehidupan yang sejahtera.
Lurah Sambaliung, Iskandar Zulkarnain menekankan pentingnya warisan budaya sebagai fondasi identitas masyarakat. Ia juga menuturkan sejarah di balik nama Sambaliung yang mencerminkan keteguhan masyarakat setempat dalam mempertahankan wilayahnya dari kekuasaan kolonial serta kesetiaannya kepada Kesultanan Berau.
“Kita perlu menanamkan kecintaan terhadap budaya sejak dini. Sejarah dan budaya lokal bukan hanya bagian dari masa lalu, tetapi juga arah bagi masa depan,” ujarnya.
Sementara itu, PLT Asisten II Setkab Berau, Warji yang hadir mewakili Bupati Berau menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif dan partisipasi masyarakat dalam menjaga budaya. Menurutnya, festival semacam ini menjadi medium strategis yang tidak hanya memperkuat identitas budaya, tetapi juga mendongkrak potensi ekonomi lokal melalui sektor pariwisata dan UMKM.
“Budaya adalah aset tak ternilai yang harus dijaga bersama. Pemerintah daerah terus mendukung upaya pelestarian melalui program pembangunan taman budaya, revitalisasi situs sejarah, hingga penguatan kelembagaan adat, termasuk Keraton Sambaliung,” tegasnya.
Sebagai simbol pembuka, ia memotong Puncak Rasul, sebuah tradisi sakral dalam masyarakat Banua yang kemudian diserahkan kepada Sultan Sambaliung sebagai penghormatan terhadap struktur adat yang masih hidup hingga kini.
Festival Abuta Banua 2025 akan berlangsung selama sepekan dengan beragam lomba, pertunjukan seni, dan permainan tradisional yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Diharapkan, gelaran ini mampu menjadi katalis bagi berkembangnya ekonomi kreatif, memperkuat kohesi sosial, dan memupuk kebanggaan terhadap budaya Banua di tengah arus modernisasi.
Penulis: Dewi Ayu
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.