KALTIMTARA.ID, BERAU — Komisi Remaja, Keluarga, dan Perempuan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Berau menggelar kegiatan sosialisasi sebagai langkah nyata membentengi generasi muda dari ancaman degradasi moral dan isu sosial yang kian marak. Kegiatan ini menyasar remaja, keluarga, serta perempuan yang dipandang sebagai fondasi penting dalam membentuk karakter dan ketahanan bangsa.
Fenomena meningkatnya kasus penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, hingga paparan konten pornografi menjadi latar belakang utama kegiatan ini. Kondisi tersebut dinilai berpotensi merusak masa depan generasi penerus.
Sekretaris Komisi Remaja, Keluarga, dan Perempuan MUI Berau, Nur Hasanah menegaskan pihaknya berkomitmen memberikan bekal spiritual dan moral agar remaja mampu menghadapi tantangan zaman.
“Hal ini menjadi perhatian serius dari MUI, khususnya komisi yang fokus pada perempuan, remaja, dan keluarga. Kami ingin mengarahkan generasi muda agar memanfaatkan masa mudanya dengan hal-hal positif yang berlandaskan iman dan takwa,” ujarnya.
Ia menuturkan bahwa sosialisasi ini tidak sekadar memberi pemahaman, tetapi juga mendorong anak muda untuk aktif belajar, meningkatkan kapasitas diri, serta menyalurkan kreativitas dengan cara yang bermanfaat.
“Harapan kami, para remaja semakin sadar akan perannya, mampu meng-upgrade diri, serta membangun kreativitas yang dibarengi dengan peningkatan spiritual,” imbuhnya.
Dalam agenda tersebut, MUI Berau mengusung dua materi utama yang dekat dengan realitas kehidupan remaja, yakni “Rabiul Awal sebagai Momentum Reset Spiritual bagi Gen Z” serta “Stop Bullying”.
Menurut Nur Hasanah, bulan Rabiul Awal yang merupakan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW patut dijadikan refleksi untuk meneladani sikap-sikap Rasulullah, seperti kasih sayang, kepedulian, dan ketaatan beribadah.
“Remaja perlu menjaga akhlak dan adab dalam pergaulan. Dengan meneladani Nabi, mereka dapat menghindarkan diri dari perilaku negatif, termasuk tindakan bullying yang merusak hubungan sosial,” jelasnya.
Agar pesan dapat diterima dengan baik, metode penyampaian dibuat berbeda dari pola ceramah satu arah. Materi dipresentasikan secara ringan dengan pendekatan interaktif, didukung sesi tanya jawab yang melibatkan pengalaman nyata peserta.
“Kami tidak ingin remaja merasa digurui. Sebaliknya, mereka kami ajak berpikir kritis agar sadar bahwa menjaga perilaku adalah tanggung jawab pribadi,” terangnya.
Melalui pola tersebut, diharapkan para remaja tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu mempraktikkan nilai-nilai positif dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, keluarga, maupun masyarakat.
Penulis: Dewi Ayu
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.