Pengusaha Vulkanisir Banting Setir Membuat Kerajinan Dari Ban Bekas

Subscribe Youtube KALTIMTARA NEWS

KALTIMTARA.ID, TANJUNG REDEB – Sudah hampir 2 tahun pandemi Covid-19 melanda di Indonesia, khususnya di Bumi Battiwakal. Banyak perubahan yang terjadi, mulai kebiasaan sehari-hari. Dimana warga diharuskan menggunakan masker saat berada diluar rumah, hingga pendapatan para pengusaha yang kian menurun.

Misalnya saja Irul yang membuka usaha vulkanisir ban sejak 2011 lalu, di kawasan Jalan Anggrek, Kelurahan Gayam, Kabupaten Berau. Dimana ia mengaku, kondisi seperti saat ini, cukup menyulikan untuk meningkatkan pendapatan. Selain itu juga, dirinya pernah mengalami hal yang lebih sulit lagi.

“Tempat usaha saya pernah terjadi kebakaran, sekitar 3 tahun yang lalu,” ujar Irul kepada tim liputan Kaltimtara.id, saat ditemui di workshop kerjanya pada Rabu (18/8/20201).

Tak hanya itu, penderitaan yang dirasakan itu oleh Irul bukan pada tempat usahanya saja, pasca dilahap si joga merah. Namun, ada sejumlah pelanggan yang meminta ganti rugi kepada dirinya.

“Ada beberapa yang ikhlas mas, namun ada juga sebagian yang minta ganti rugi karena ban bekasnya hangus. Ya saya ganti mas,” ungkapnya.

Namun dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini yang melanda di Kabupaten Berau, Irul pun terpaksa harus mencari cara untuk tetap dapat menghidupi 2 orang karyawan serta istri dan 6 anaknya yang masih mungil itu.

“Susah mas, usaha vulkanisir itu sebulan rata-rata 150 ban, sekarang paling banyak 50 ban saja mas, akhirnya ya itu saja mas,” bebernya. Sembari menunjuk jajaran pot, kursi serta tempat sampah yang terbuat dari ban bekas.

Benar saja, Irul pun saat ini banting setir dari usaha vulkanisir menjadi pengrajin berbagai macam kerajinan berbahan baku dari bahan ban bekas. Dan usaha itu, sudah ia lakoni di 1 setengah tahun belakangan ini.

“Ya karena vulkanisir berkurang pendapatannya, jadi saya mulai usaha membuat kerajinan ini mas,” terang Irul.

Irul bersama 2 rekan kerjanya itu mengubah limbah ban bekas, menjadi barang siap pakai dan bernilai ekonomis serta ramah lingkungan.

Harganya bervariasi, Irul bercerita ia menjual sebuah pot bunga dengan berbagai motif gambar itu hanya 60 ribu rupiah saja hingga yang paling mahal adalah 1 set meja dan kursi senilai 1 setengah juta rupiah.

Untuk harga hasil kerajinan ban bekas berupa sebuah pot bunga dengan motif gambar, dibandrol Rp. 60.000,-. Sedangkan 1 set meja dan kursi dipatok Rp. 1.500.000,.

Untuk proses pembuatan kerajinan ini sendiri terbilang sulit, serta membutuhkan tenaga ekstra hingga kehatian-hatin dan bahan baku yang diolah tidak lemah.

Irul juga mengaku, sedikit terbantu dengan usaha sampingannya ini. Dan dirinya sudah mengajukan bantuan untuk UMKM melalui Diskoperindag, namun sayang hasilnya nihil.

“Belum sampai sekarang, hanya bantuan dari RT saja sebesar Rp 600 ribu saja yang pernah saya dapat,” imbuhnya.

Meski demekian, Irul juga tidak terlalu berharap pada bantuan UMKM dari pemerintah. Bukan karena tidak membutuhkan, namun dirinya tidak ingin merasa kecewa akibat terlalu berharap atas bantuan tersebut. Pasalnya, ia tak kunjung mendapatkan.

Penulis : Seno
Editor : Fairuz