Bahan Baku Hingga Produksi Dari Berau, Terasi Berau Dilabeli Daerah Lain

Subscribe Youtube KALTIMTARA NEWS

KALTIMTARA.ID, TANJUNG REDEB – Kabupaten Berau, tidak hanya memiliki wisata alam yang indah seperti di Maratua serta Derawan melainkan juga tempat bagi bermacam hasil olahan produk lokal, diantaranya terasi.

Produk olahan tersebut cukup terkenal bagi wisatawan serta masyarakat umum di Berau sendiri. Sayang, salah satu produk andalan ini justru labelisasinya bukan berasal dari Berau, melainkan berasal dari wilayah lainnya.

Seperti yang diungkapkan Bupati Berau, Sri Juniarsih pada saat pembukaan pelatihan di Hotel Grand Parama Tanjung Redeb, pada Selasa (21/9/2021) kemarin. Dirinya menyebut, per tahun Berau bisa menghasilkan olahan terasi siap edar sebanyak kurang lebih 120 hingga 160 ton per tahunnya.

“Saya juga kurang update, tetapi mereka sekali angkut dalam 3 bulan sekali bisa mencapai 40 ton,” terang Sri Juniarsih saat di konfirmasi usai menghadiri pertemuan di Balai Mufakat Tanjung Redeb, pada Selasa (21/9/2021).

Yang sangat di sayangkan adalah produksi terasi yang melimpah serta terkenal di kalangan masyarakat Berau bahkan luar Berau ini tidak dilabeli dengan pembuatan Berau, melainkan daerah lainnya. Hal tersebut tentu merugikan nama Berau sendiri, mengingat bahan baku serta produksinya adalah hasil kekayaan alam Bumi Batiwakkal.

Sri Juniarsih mengaku, saat ini dirinya sudah meminta stakeholder terkait untuk mengurus permasalahan tersebut. Ia berharap, jika nanti masalah tersebut dapat diselesaikan maka terasi tersebut tidak lagi dipasarkan dengan nama daerah lain, melainkan mencantumkan Kabupaten Berau sebagai penyedia bahan serta pengolah terasi tersebut.

“Sudah kami komunikasikan kepada stakeholder terkait, untuk memutus mata rantai kekeliruan tersebut,” tambahnya.

Kejadian yang telah berlangsung berlarut-larut ini, tentu tidak menguntungkan bagi Berau. Untuk itu, Bupati tengah membenahi permasalahan tersebut secara perlahan. Ia berharap bisa memajukan UMKM di Bumi Batiwakkal, tidak hanya terasi yang dinilai cukup terkenal tetapi juga produksi sahang (lada) serta ikan asin kertas yang cukup terkenal.

“Saya sudah minta untuk ditindaklanjuti, agar produk yang bahan bakunya dari Berau bisa dipasarkan bukan atas nama daerah lain lagi, tetapi atas nama Berau sendiri,” jelasnya.

Sri Juniarsih menjelaskan bahwa potensi kuliner terutama Terasi Berau cukup terkenal enak akan sayang jika pengelolaannya tidak tepat. Ia menilai sudah seharusnya permasalahan tersebut tidak berlarut-larut serta akan segera diselesaikan secepatnya.

“Terasi Berau dikenal paling enak, maka dari itu sayang sekali jika tidak dikelola dengan baik. Jangan sampai berlarut lama,” tandasnya.

Penulis : Seno
Editor : Fairuz