Gendang Tradisional Ala Supian Jadi Incaran

Subscribe Youtube KALTIMTARA NEWS

KALTIMTARA.ID, TENGGARONG – Meski zaman semakin canggih, masih banyak orang menggandrungi alat musik tradisional. Salah satunya gendang.

Seorang pengrajin gendang asal Kelurahan Melayu, Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara bernama Sopian, mengaku sudah menggeluti usaha pembuatan gendang sejak 1990. Namun, ia baru pindah ke Tenggarong pada 2004 dan menetap hingga sekarang.

“Bergelut pada usaha pembuatan kerajinan alat musik tradisional ini, sudah cukup lama,” ungkapnya, pada Sabtu (18/12/2021).

Supian menceritakan, bahwa selama pandemi COVID-19 menyerang sekitar akhir 2019 lalu, kondisi produksi alat musik masih bisa dikatakan normal, banyak pesanan, bahkan dari instansi pemerintah pun kerap mesan di bengkel kerajinan miliknya.

“Saya sebenarnya sudah lama menjalani usaha ini, dari tahun 2004 lalu. Di mana pada waktu itu masih menggunakan alat – alat sederhana dan manual. Namun, pada kisaran 2010 ada peremajaan alat – alat untuk membuat kerajinan,” bebernya.

Pemesan, pembuatan alat – alat musik tradisional pada saat kondisi normal, cukup banyak bukan hanya orang pribadi dan instansi dari pemerintahan di Kutai Kartanegara, namun dari luar Kukar cukup banyak. Ada dari Bontang, Malinau, Tanjung Selor, Tanah Grogot. Bahkan pernah pemesanan dari provinsi Kalimantan Tengah.

“Kalo untuk ke luar negeri sendiri belum punya chanel menuju ke jalur sana,” ucap Supian.

“aya juga tidak henti-hentinya memohon untuk campur tangan dari pemerintah bahwasanya masih banyak kekurangan, kelengkapan untuk membina atau membuat alat-alat musik tradisional tersebut,” bebernya.

Kerajinan alat musik tradisional meliputi dari berbagai macam bentuk alat musik seperti pembuatan Gendang Kutai, Gendang Dayak, Gendang Tator, Gendang Jawa, termasuk alat musik khas Kutai, yakni Gambus, Sape, rebana, kenong, gong dan klentangan.

“Insya Allah kalau alat musik tradisional kami semua tersedia disini,” tuturnya.

Untuk proses pembuatannya, kata dia, bisa memakan waktu satu minggu bahkan bisa sampai satu bulan. Itupun kalau pakai alat yang modern, tetapi kalau masih manual bisa sampai satu bulan lebih.

Selama menjalani usaha kerajinan, Supian mengaku, menemui beberapa kendala, seperti bahan susah didapat seperti bahan kuningan harus pesan dari Jawa, bahan kayu untuk gendang masih tersedia di daerah Kalimantan Timur, tetapi lokasinya jauh sehingga memakan waktu dan biaya.

“Kalau ada pesanan mendadak kami memesan dari Jawa, jenis kayu yang digunakan yaitu mahoni, nangka, kayu meranti dan pada akhirnya sampai kita menggunakan kayu aru,” ujarnya.

Sementara untuk harga, untuk gendang Rp 1,2 juta sampai dengan Rp 1,5 juta per satu gendang dan untuk gambus dan Sape patokan harga standar Rp 1,5 sampai Rp 2 juta. Untuk rebana sendiri tergantung jenis kayunya Rp3,5 juta ada yang Rp5 juta, untuk gong Rp 2 juta sampai Rp 5 juta,” jelasnya.

“Harapan saya kedepan untuk anak muda sekarang jangan hanya memainkan alat musik tetapi cobalah mengenali alat itu sendiri. Supaya nantinya pengrajin yang tua-tua sudah tidak ada, ada yang menggantikan kami nantinya. Kami juga membuka kursus atau workshop dalam 1 tahun sekali untuk karang taruna, ibu-ibu dan siapa saja yang berminat,” pungkasnya.

Penulis : Messi Maharani / Alfiansyah
Editor : Fairuz