Ini Beragam Adat Budaya di Berau

Proses menyiram 9 anak perempuan dengan Air Linjuang

Subscribe Youtube KALTIMTARA NEWS

KALTIMTARA.ID, TANJUNG REDEB – Tak hanya kaya akan wisata alam, terutama wisata baharinya, Kabupaten Berau pun sarat akan tradisi dan budaya.

Beberapa diantaranya, Upacara Adat Melas Kampung di Kampung Suaran, Sambaliung. Upacara ini tak seperti beberapa upacara adat di kampung lainnya. Pasalnya, Melas Kampung sendiri dilaksanakan setelah panen sarang burung walet. Tujuannya sebagai rasa syukur serta permohonan dijauhkan dari marabahaya kedepannya.

Tetua adat Dayak Basap tengah membacakan doa-doa dalam upacara adat Melas Kampung

“Biasanya setahun sekali,” ujar Sopiyadi, Ketua Adat Suku Dayak Besap kepada kaltimtara.id beberapa waktu lalu.

Kemudian ada Upacara Adat Buang Naas atau juga disebut Tolak Bala yang digelar setahun sekali. Biasanya dilaksanakan setelah memasuki Arba’in, atau rabu terakhir pada bulan Safar dalam kalender Hijriah. Ritual adat biasanya dimulai dengan menyiram sembilan anak perempuan dengan air linjuang atau air yang telah dibacakan doa-doa oleh ketua adat. Keseluruhan prosesi adat tersebut bertujuan agar dijauhkan dari segala mara bahaya serta bencana.

Tak terkecuali masyarakat di Kampung Pulau Derawan. Pulau yang berjarak sekitar 20 menit dari Dermaga Tanjung Batu ini, sebenarnya memiliki upacara adat serupa.

Amir Umrah, pria kelahiran 1940 ini mengaku, Pulau Derawan memiliki upacara adat bernama Bag Jamu atau Bag Pakan Lahat. Derawan yang menjadi rumah bagi 3 subsuku adat Bajau ini, akan memasak menu yang berbeda-beda sebelum dikumpulkan jadi satu dan akhirnya dilarung ke laut.

Sayang, kegiatan yang mampu memancing wisatawan ini justru tak pernah dilakukan sejak 2009 silam. Pasalnya, Umrah mengaku perhelatan budaya tersebut memakan anggaran hingga Rp 54 juta. Tim liputan kaltimtara.id sempat diperlihatkan foto-foto pelaksanaan, disana tergambar acara tersebut cukup meriah dan mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan asing maupun domestik.

Umrah (81), sejarawan Pulau Derawan

“Yang artinya memberi makan bumi atau menjamu dengan mempersembahkan berbagai makanan yang dimasukkan dalam miniatur perahu layar, kemudian dilarutkan ke laut sebagai persembahan laut,” ungkap Umrah.

“Biaya yang dibutuhkan untuk setiap upacara adat bisa berlangsung biasanya sebesar Rp 54 juta, dana tersebut berasal dari bantuan dari pemerintah daerah,” jelasnya.

Berau sendiri merupakan kabupaten di Kalimantan timur yang tidak hanya memiliki wisata alam yang indah, melainkan juga wisata sejarah dan budaya yang kental. Bukan tidak mungkin, seluruh warisan leluhur budaya hanya akan berubah menjadi catatan yang hanya dapat dibaca saja, jika tidak segera dilakukan pelestarian budaya yang ada.

“Semoga pemerintah daerah dapat memberikan perhatian terhadap upacara dan adat istiadat di Kampung Pulau Derawan ini, agar tidak dilupakan oleh generasi muda saat ini,” tutup Umrah.

Penulis : Seno
Editor : Fairuz