KALTIMTARA.ID, TANJUNG REDEB – Belakangan ini, melihat tren kasus COVID-19 di Bumi Batiwakkal -sebutan Berau, terjadi fenomena, di mana, angka kematian meningkat sedang kasus terkonfirmasi melandai.
Kepala Dinas Kesehatan Berau, Iswahyudi mengatakan, marak kasus ditemui bahwa pasien sudah mendapat arahan untuk dirujuk. Namun keluarga atau bahkan pasien sendiri enggan untuk dibawa menuju RSUD Abdul Rivai ataupun RSD COVID-19.
“Masih banyak terjadi, pasien ingin dirawat sendiri oleh keluarganya. Tapi pada saat saturasi tidak mampu, baru ke rumah sakit,” terang Iswahyudi.
Lantas dirinya menyinggung, ketika masyarakat enggan dibawa untuk dirujuk, namun begitu keadaan memburuk baru segera dibawa kerumah sakit. Dan ketika di rumah sakit dinyatakan positif COVID-19, masyarakat secara ramai menuding rumah sakit meng-Covid-kan pasien.
Lanjutnya, Iswahyudi menjelaskan kebutuhan oksigen bagi pasien regular dan pasien COVID-19 itu berbeda.
“Perlu saya edukasi, oksigen untuk pasien COVID-19 dengan kurang nafas berbeda,” tambahnya.
Kebutuhan oksigen jelas berbeda menurutnya. Pasalnya, penderita COVID-19 mayoritas memiliki peradangan pada paru-paru yang menyebabkan sulit untuk mengikat oksigen.
“Positif itu tidak sekedar garis 2 saja, tetapi hasil radiologi dan labnya,” tambahnya.
Iswahyudi mengimbau, ketika pasien atau kerabat pasien mengetahui saturasi sudah menyentuh angka dibawah 90, sebaiknya segera dirujuk untuk mendapatkan perawatan lebih intensif.
“Kalau 70 sudah ga tahan, pakai HNFC tekanan tinggi tidak mengangkat,” jelasnya.
Pada akhirnya, banyak kasus kematian akibat lambat dirujuk segera ke RS untuk mendapatkan pertolongan lebih intensif.
Penulis: Seno
Editor: Fairus
Leave a Reply