KALTIMTARA.ID, TANJUNG REDEB – Setelah harga minyak goreng merangkak naik, sampai akhirnya hilang dari peredaran membuat masyarakat sudah mulai resah. Kini giliran harga kedelai ikut unjuk gigi.
Akibat dari kenaikan harga kedelai nasional, membuat pengusaha tahu dan tempe mengeluh, khususnya pengusaha di Berau. Pasalnya, mereka bingung antara menaikkan harga jual, atau mengurangi takaran jualan.
Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan perdagangan (Diskoperindag) Berau Salim mengatakan, kedelai merupakan impor dari luar negeri yang dikemas di Surabaya lalu dijual ke Berau. Harga kedelai normalnya Rp 12.600 per kilogram.
“Dulunya rata-rata kedelai yang masuk ke Berau itu sekitar 15 ton, untuk sekarang belum dapat diketahui datanya. Namun kami akan segera mengecek langsung kelapangan,” kata Kepala Disperindag Berah Salim kepada Kaltimtara.id, Kamis (24/2/2022).
“Di Berau sendiri, terdapat 2 distributor. Di mana, jumlah dari kedua distributor ini sebanyak 150 ton kedelai,” lanjutnya.
Kelangkaan kedelai ini disebabkan karena isunya diborong oleh China, untuk beberapa hal. Kelangkaan tersebut sudah terjadi sejak awal Januari 2022. Namun sekarang yang sudah benar-benar susah atau langka. Dari hal tersebut menyebabkan banyak masyarakat yang tidak menjual tahu dan tempe lagi.
Salim juga mengatakan bahwa Diskoperindag sudah ada rencana membangun sentral industri tahu dan tempe yang bertempat di Kampung Tasuk, Kecamatan Gunung Tabur.
“Ada 2 hektar lahan disana, namun baru satu yang sudah dibebaskan dan yang satu hektarnya lagi masih dalam proses pembebasan,” tuturnya.
Ia mengatakan bahwa tujuan Diskoperindag membangun industri tahu dan tempe itu untuk menjaga keamanan lingkungan yang dialokasikan disana.
“Kami sudah membantu peralatan untuk membuat tahu yang stainless pada tahun 2020 dan penyerahannya pada tahun 2021. Cukup besar anggarannya, kami pemerintah sangat peduli namun karena kedelai yang merupakan bahan utama yang memang terhambat,” tutupnya.
Penulis : Rizal
Editor : Sofi
Leave a Reply