(Catatan : Gunawan Wibisono, 2024).
KALTIMTARA.ID, BIDUK-BIDUK – Sesuai dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Kepmen ESDM) tahun 2024, kawasan warisan geologi Berau dan Kutai Timur telah resmi ditetapkan. Tonggak sejarah ini menandai langkah maju yang signifikan dalam upaya konservasi dan promosi fitur geologi unik kedua wilayah tersebut.
YKAN Government Relations Manager for Berau, Gunawan Wibisono mengatakan geoheritage adalah warisan alam yang sangat berharga sehingga kita semua harus menjaganya dengan baik.
“Warisan geologi Berau dan Kutai Timur merupakan bukti kekayaan sejarah geologi wilayah kita dan kami berkomitmen untuk melestarikan keajaiban alam ini untuk generasi mendatang,” ujarnya.
Dalam kempen ini, telah ditetapkan peta sebaran situs warisan geologi di kedua kabupaten dengan 26 geosite yang tersebar di Berau dan Kutai Timur. Geosite-geosite ini merupakan keindahan alam yang sangat unik dan beragam, seperti Kompleks Gua Melawang di Suwaran, Batuan Serpentinit-Rijang di Pesayan, dan Endapan Delta Formasi Latih di Long Lanuk.
Salah satu geosite yang paling menarik adalah Kompleks Batuan Tanjung Sinondo Pra-Tersier di Kampung Teluk Sumbang, Kecamatan Biduk-biduk. Gunawan bersama tim YKAN mengunjungi situs ini untuk mengungkap keindahannya. Perjalanan menuju Teluk Sumbang ditempuh sekitar 5 jam dengan mobil, menempuh jarak sekitar 300 kilometer dari Tanjung Redeb.
Setibanya di sana, mereka menjelajahi garis pantai yang berbatu dan melewati pantai berpasir putih yang indah. Di kejauhan, mereka dapat melihat ujung paling timur Kalimantan, Tanjung Mangkalihat.
“Udara di sekitar Tanjung Sinondo sangat jernih dan kami dapat melihat keindahan terumbu karang yang belum tersentuh,” ungkapnya.
“Pemandangan bawah lautnya seimbang dengan pemandangan indah bebukitan Tanjung Sinondo yang merupakan hutan tropis basah dengan pepohonan kokoh yang hidup di atas bebatuan cadas,” sambungnya.
Tak hanya itu, dirinya bersama tim YKAN pun mencari batu purba yang telah ditemukan oleh peneliti sebelumnya, yang mana itu merupakan pusat geosite atau warisan dunia dari aspek geologi.
“Meskipun kami tidak dapat menemukan batu yang dimaksud, kami yakin bahwa geosite berada di sekitar kami,” ucapnya.
Berdasarkan keputusan Menteri ESDM, geosite ini berada pada kompleks batuan Pra-Tersier Tanjung Sinondo yang berkategori sebagai warisan geologi berperingkat nasional (geoheritage). Secara ilmiah, lokus ini merupakan singkapan ragam batuan dari breksi dengan komponen berupa batu gamping yang merupakan bagian dari formasi kuaro yang berumur eosen.
“Geosit ini diperuntukkan bagi kegiatan penelitian dan pendidikan di bidang geologi,” terangnya.
Setelah menyelesaikan kunjungannya, Gunawan dan tim YKAN kembali ke desa dan menyampaikan temuan mereka kepada pemerintah setempat. Penjelasan tentang batu-batu tersebut membuat penduduk desa kagum dan bangga.
Penulis : Tim / Dewi
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.