KALTIMTARA.ID, BERAU — Menghadapi lonjakan suhu dan meningkatnya risiko kebakaran hutan dan lahan (karhutla), Pemerintah Kabupaten Berau menggelar Apel Gabungan Kesiapsiagaan sebagai bentuk kesiapan lintas sektor dalam menghadapi musim kemarau tahun ini. Apel dilaksanakan pada Kamis (7/8/2025) di halaman Makodim 0902/Berau dengan melibatkan seluruh unsur Forkopimda dan instansi strategis di daerah.
Bupati Berau, Sri Juniarsih Mas memimpin langsung kegiatan tersebut, didampingi Dandim 0902/Berau dan Kapolres Berau. Turut hadir unsur TNI-Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Satpol PP, para camat, lurah, relawan masyarakat peduli api, hingga perwakilan organisasi masyarakat sipil.
Dalam sambutannya, Bupati menegaskan pentingnya membangun sistem tanggap darurat yang terintegrasi dan responsif di seluruh wilayah Berau. Hal ini sejalan dengan tingginya risiko karhutla yang dihadapi. Berdasarkan data Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI), Berau mencatat nilai indeks sebesar 173,37, menempatkan daerah ini dalam kategori risiko tinggi terhadap bencana karhutla.
“Cuaca ekstrem yang kita hadapi saat ini dengan suhu mencapai 37 derajat Celcius, memperbesar potensi terjadinya karhutla. Situasi ini tidak bisa dianggap biasa, sebab kita harus waspada, cepat tanggap, dan solid,” tegasnya.
Ia juga menekankan perlunya sinergi antarinstansi serta keterlibatan aktif masyarakat sebagai garda terdepan dalam pencegahan. Bupati mengacu pada Permen LHK Nomor 32 Tahun 2016 sebagai kerangka regulatif penanggulangan karhutla yang perlu diimplementasikan secara disiplin di lapangan.
Dalam apel tersebut, Pemkab Berau juga mengumumkan pengaktifan kembali pos siaga karhutla di kecamatan-kecamatan rawan, peningkatan kapasitas relawan masyarakat peduli api, serta penguatan sarana dan prasarana pemadaman, termasuk patroli rutin di titik-titik rawan kebakaran.
Ancaman El Nino yang diprediksi masih berlanjut hingga akhir tahun turut menjadi pertimbangan utama dalam strategi mitigasi bencana. Pemerintah daerah berharap seluruh pemangku kepentingan, termasuk dunia usaha dan masyarakat adat, terlibat aktif dalam menjaga kawasan hutan dan lahan pertanian dari potensi kebakaran.
Dengan kesiapsiagaan terpadu dan koordinasi lintas sektor yang diperkuat, Kabupaten Berau menegaskan kesiapannya menghadapi dinamika iklim ekstrem, demi melindungi masyarakat, lingkungan, dan keberlanjutan sumber daya alam daerah.
Tak hanya faktor alam, Sri Juniarsih mengingatkan bahwa sebagian besar kasus kebakaran justru dipicu oleh aktivitas manusia, baik disengaja maupun karena kelalaian. Oleh karena itu, edukasi publik dan pendekatan persuasif menjadi bagian penting dalam strategi penanganan.
“Kesadaran kolektif harus dibangun. Hutan bukan sekadar ruang hijau, melainkan warisan ekologis yang menjadi tanggung jawab kita bersama,” tandasnya.
Penulis: Dewi Ayu
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.