YKAN Komitmen Lestarikan Mangrove, Sang Pahlawan Lingkungan yang Terlupakan

Subscribe Youtube KALTIMTARA NEWS

 

KALTIMTARA.ID, TANJUNG REDEB – Dalam rangka memperingati Hari Ekosistem Mangrove Internasional setiap tanggal 26 Juli, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) beserta mitranya menyelenggarakan serangkaian acara di Kampung Teluk Semanting, Kalimantan Timur.

Tema yang diusung adalah “Dari Mangrove untuk Dunia: Penangkapan Karbon, Hilangnya Emisi, Peningkatan Kesejahteraan, dan Dukungan Pembangunan Berkelanjutan” yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran generasi muda tentang pentingnya konservasi mangrove bagi ketahanan pesisir dan kesejahteraan masyarakat.

Mangrove berperan penting dalam mitigasi iklim, menyediakan layanan ekosistem seperti penangkapan sedimen, pertahanan pesisir, dan penyimpanan karbon. Mangrove juga merupakan sumber kayu, kayu bakar, dan perikanan yang penting. Namun, ekosistem mangrove rentan terhadap perubahan iklim, dan konversinya menjadi tambak udang telah menyebabkan hilangnya sebagian besar kawasan mangrove.

Di Kampung Teluk Semanting, kawasan ekowisata mangrove telah dikembangkan sejak tahun 2017, yang memadukan konservasi mangrove dengan pembangunan ekonomi berkelanjutan bagi masyarakat setempat. Kawasan ini telah ditetapkan sebagai model pariwisata berkelanjutan, yang menyediakan zona penyangga antara kehidupan di bawah air dan kehidupan di darat.

Acara ini menyoroti pentingnya konservasi mangrove, tidak hanya bagi ekosistem tetapi juga bagi masyarakat. Untuk itu, penting juga bagi kita untuk pandai dalam pengelolaan dan pemulihan ekosistem mangrove yang berkelanjutan. YKAN, bersama dengan para mitranya, mendukung perlindungan, pengelolaan berkelanjutan, dan pemulihan ekosistem mangrove melalui Solusi Berbasis Alam untuk memerangi perubahan iklim.

Camat Pulau Derawan, Samsuddin Amba Kadang menekankan perlunya komitmen berkelanjutan terhadap konservasi mangrove, dengan menyatakan,

“Kita harus terus melindungi dan memulihkan mangrove bukan hanya sebagai upacara seremonial, tetapi sebagai komitmen untuk masa depan kita,” ucapnya.

Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Hidup, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Berau, Ida Ayu mencatat bahwa mangrove berkontribusi signifikan terhadap perlindungan wilayah pesisir dari bencana terkait iklim, seperti banjir, badai, dan erosi.

“Mangrove memiliki arti penting secara ekologis, tak hanya bagi manusia tetapi juga bagi lingkungan,” ujarnya.

“Mangrove membantu mengurangi perubahan iklim dengan menyerap karbon dioksida, hingga dua hingga empat kali lebih banyak daripada hutan daratan,” tambahnya.

Selain itu, YKAN bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dan mitra lainnya telah memperkenalkan pendekatan Shrimp Carbon Aquaculture (SECURE) sejak tahun 2020, dengan lokasi percontohan di Kampung Pegat Batumbuk dan Kampung Tabalar Muara , Kec. Pulau Derawan, Kab. Berau, yang telah memulihkan sekitar 80% areal tambak udang menjadi hutan mangrove.

Hari Ekosistem Mangrove Internasional menjadi pengingat tepat waktu untuk membahas manfaat ekosistem mangrove dan dampaknya terhadap perubahan iklim. Penting untuk mempertimbangkan faktor sosial, ekonomi, dan ekologi saat merencanakan proyek rehabilitasi, guna memastikan upaya konservasi mangrove efektif dan berkelanjutan.

Penulis : Dewi