Jangan Sembarangan Di Kamar Mandi, Ada Adabnya

Subscribe Youtube KALTIMTARA NEWS

Islam telah mengatur kehidupan umat muslim dari bangun tidur hingga tidur lagi secara rinci. Salah satunya adalah adab saat di kamar mandi. Adab yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya menjadi tuntunan, supaya bisa buang hajat tanpa mengganggu lingkungan sekitar. Berikut adalah 10 adab di kamar mandi:

  1. Membaca doa masuk dan keluar kamar mandi
    Sebagaimana hadist yang berasal dari Abu Said Al-Khudri RA. :

سِتْرُ ما بَيْنَ أَعْيُنِ الْجِنِّ وَبَيْنَ عَوْرَاتِ بَنِي آدَمَ ، إِذَا خَلَعَ الرَّجُلُث َ وْبَهُ أَنْ يَقُولَ : بِسْمِ

Artinya: “Tabir antara pandangan mata jin dengan aurat bani adam (manusia) adalah apabila seseorang melepas pakaiannya, dia membaca: Bismillah.” (HR Ibnu Adi, At-Thabrani, dan Ibnu Hajar).

Agar terhindar dari gangguan jin dan setan, maka kita harus membaca doa terlebih dahulu.

Doa masuk kamar mandi:

اَللّٰهُمَّ اِنِّيْ اَعُوْذُبِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَآئِثِ

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari segala kejahatan dan kotoran”

Doa keluar kamar mandi:
غُفْرَانَكَ الْحَمْدُ ِللهِ الَّذِىْ اَذْهَبَ عَنّى اْلاَذَى وَعَافَانِىْ

“Dengan mengharap ampunanMu, segala puji milik Allah yang telah menghilangkan kotoran dari badanku dan yang telah menyejahterakan”

  1. Dahulukan kaki kiri
    Nabi Muhammad Saw. kerap diceritakan lebih senang mendahulukan kaki dan tangan kanan dibandingkan kiri. Namun saat masuk kamar mandi, Rasulullah Saw. mendahulukan kaki kiri dibanding kanan.

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – يُعْجِبُهُ التَّيَمُّنُ فِى تَنَعُّلِهِ وَتَرَجُّلِهِ وَطُهُورِهِ وَفِى شَأْنِهِ كُلِّهِ

Artinya: “Nabi Muhammad SAW lebih suka mendahulukan yang kanan ketika memakai sandal, menyisir rambut, ketika bersuci dan dalam setiap perkara (yang baik-baik).” (HR Bukhari dan Muslim).

  1. Tidak membawa barang yang ada tulisan Allah SWT.
    Kamar mandi hakikatnya adalah tempat untuk membersihkan diri dari segala kotoran (najis) sedangkan lafadz Allah SWT. itu adalah suci. Namun apabila dalam kondisi darurat, hal itu dibolehkan.

Imam Ahmad bin Hambal mengatakan, “Jika ia mau, ia boleh memasukkan barang tersebut dalam genggaman tangannya. Sedangkan jika ia takut barang tersebut hilang karena diletakkan di luar, maka boleh masuk ke dalam kamar mandi dengan barang tersebut dengan alasan kondisi darurat.” Kutipan ini bisa dilihat di buku Shahih Fiqh Sunnah karya Syaikh Abu Malik.

  1. Jangan terlalu lama
    Apabila urusan dalam kamar mandi sudah selesai, hendaklah segera keluar. Hal ini sudah diingatkan Rasulullah SAW dalam hadistnya.

إِنَّ هَذِهِ الْحُشُوشَ مُحْتَضَرَةٌ ، فَإِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ : اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

Hal ini berlaku untuk adab mandi maupun saat buang hajat. Urusan kamar mandi sebaiknya diselesaikan secepatnya.

  1. Tidak menghadap atau membelakangi kiblat
    Aturan ini telah dinyatakan Nabi Muhammad Saw. dalam hadistnya dari Abu Ayyub Al Anshori:

إِذَا أَتَيْتُمُ الْغَائِطَ فَلاَ تَسْتَقْبِلُوا الْقِبْلَةَ وَلاَ تَسْتَدْبِرُوهَا ، وَلَكِنْ شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا » . قَالَ أَبُو أَيُّوبَ فَقَدِمْنَاالشَّأْمَ فَوَجَدْنَا مَرَاحِيضَ بُنِيَتْ قِبَلَ الْقِبْلَةِ ، فَنَنْحَرِفُ وَنَسْتَغْفِرُ اللَّهَ تَعَالَى

“Jika kalian mendatangi jamban, maka janganlah kalian menghadap kiblat dan membelakanginya. Akan tetapi, hadaplah ke arah timur atau barat.” Abu Ayyub mengatakan, “Dulu kami pernah tinggal di Syam. Kami mendapati jamban kami dibangun menghadap ke arah kiblat. Kami pun mengubah arah tempat tersebut dan kami memohon ampun pada Allah Ta’ala.” (HR Bukhari dan Muslim).

  1. Diam
    Saat di kamar mandi, tidak boleh bersuara termasuk bernyanyi. Dalam suatu hadist diriwayatkan, Nabi Muhammad Saw. bahkan tidak menjawab salam saat sedang buang air kecil.

أَنَّ رَجُلاً مَرَّ وَرَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَبُولُ فَسَلَّمَ فَلَمْ يَرُدَّ عَلَيْهِ

Artinya: “Ada seseorang yang melewati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sedang kencing. Ketika itu, orang tersebut mengucapkan salam, namun beliau tidak membalasnya.” (HR Muslim).

Dalam penjelasannya, Syaikh Abu Malik mengatakan ada pengecualian untuk kondisi darurat. Misal saat ada yang meminta air atau bertanya hal yang perlu segera dijawab. Penjelasan ini bisa dilihat dalam buku Shahih Fiqh Sunnah karya Syaikh Abu Malik.

  1. Tidak istinja dengan tangan kanan
    Ketika buang hajat maka bersihkanlah dengan tangan kiri. Hal ini sesuai dengan hadist Nabi Muhammad Saw. dari Abu Qotadah:

إِذَا شَرِبَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يَتَنَفَّسْ فِى الإِنَاءِ ، وَإِذَا أَتَى الْخَلاَءَ فَلاَ يَمَسَّ ذَكَرَهُ بِيَمِينِهِ ، وَلاَ يَتَمَسَّحْ بِيَمِينِهِ

“Jika salah seorang di antara kalian minum, janganlah ia bernafas di dalam bejana. Jika ia buang hajat, janganlah ia memegang kemaluan dengan tangan kanannya. Janganlah pula ia beristinja’ dengan tangan kanannya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Istinja atau cebok sebaiknya menggunakan air sehingga kebersihan dubur dan lubang kemih terjamin. Keutamaan air juga telah diingatkan Rasulullah Saw. dalam hadistnya yang ditunjukkan Anas bin Malik:

كَانَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا خَرَجَ لِحَاجَتِهِ أَجِىءُ أَنَا وَغُلاَمٌ مَعَنَا إِدَاوَةٌ مِنْ مَاءٍ . يَعْنِى يَسْتَنْجِى بِهِ

Artinya: “”Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar untuk buang hajat, aku dan anak sebaya denganku datang membawa seember air, lalu beliau beristinja’ dengannya.” (HR Bukhari dan Muslim).

  1. Jauh dari manusia
    Nabi Muhammad SAW telah mengingatkan terlebih dulu dalam hadistnya terkait hal ini seperti dikatakan Jabir bin ‘Abdillah.

خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فِى سَفَرٍ وَكَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَأْتِىالْبَرَازَ حَتَّى يَتَغَيَّبَ فَلاَ يُرَى

Artinya: “Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika safar, beliau tidak menunaikan hajatnya di daerah terbuka, namun beliau pergi ke tempat yang jauh sampai tidak nampak dan tidak terlihat.” (HR Ibnu Majah).

Lokasi kamar mandi biasanya berada di belakang rumah yang jauh dari aktivitas manusia. Nabi Muhammad Saw. bahkan memberi peringatan khusus pada orang yang buang hajat di jalan umum atau tempat bernaungnya manusia. Hadist tentang ini diceritakan Abu Hurairah:

اتَّقُوا اللَّعَّانَيْنِ ». قَالُوا وَمَا اللَّعَّانَانِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ « الَّذِى يَتَخَلَّى فِى طَرِيقِ النَّاسِ أَوْ فِى ظِلِّهِمْ »

Artinya: “Hati-hatilah dengan al la’anain (orang yang dilaknat oleh manusia)!” Para sahabat bertanya, “Siapa itu al la’anain (orang yang dilaknat oleh manusia), wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Mereka adalah orang yang buang hajat di jalan dan tempat bernaungnya manusia.” (HR Muslim).

  1. Memercikkan air untuk menghilangkan was-was
    Dalam suatu hadist diceritakan Nabi Muhammad SAW memerciki kemaluannya dengan air untuk menghilangkan was-was. Berikut hadisnya yang dinarasikan Ibnu ‘Abbas:

أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- تَوَضَّأَ مَرَّةً مَرَّةً وَنَضَحَ فَرْجَهُ

Artinya: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berwudhu dengan satu kali – satu kali membasuh, lalu setelah itu beliau memerciki kemaluannya.” (HR. Ad Darimi).

  1. Adab mandi dan buang hajat diakhiri dengan doa
    Setelah urusan kamar mandi selesai maka jangan lupa kembali berdoa.

أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ إِذَا خَرَجَ مِنَ الْغَائِطِ قَالَ « غُفْرَانَكَ »

Artinya: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa setelah beliau keluar kamar mandi beliau ucapkan “ghufronaka” (Ya Allah, aku memohon ampun pada-Mu).” (HR Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, dan, Ad Darimi).

Doa merupakan ungkapan syukur karena telah dilindungi dan dimudahkan saat mengeluarkan atau membersihkan tubuh dari kotoran. Semoga kita selalu dalam lindunganNya dan senantiasa mengikuti ajaran Nabi Muhammad Saw. Aamiin. Wallahu’alam bishawab.

Editor : Shafa’ / Fairuz
Sumber : news.detik.com