KALTIMTARA.ID, TANJUNG REDEB – Sebagai upaya pencegahan wabah demam berdarah dangue (DBD), Kelurahan Gayam rencanakan fogging bulanan. Lantaran, dari jumlah 30 kasus saat memasuki awal tahun, tercatat kelurahan tersebut sebagai salah satu penyumbang signifikan.
Lurah Gayam, Iskandar Zulkarnain mengatakan, sejak Februari 2022 pihaknya terus menjalankan penyemprotan pada dua rukun tetangga (RT) yang tercatat pernah ditemukan kasus. Bahkan, diakuinya setiap ada temuan kasus pihak kelurahan selalu melakukan penyemprotan guna mencegah penyebaran.
“Itu adalah inisiatif kita untuk antisipasi, ditambah ada edaran dari Kemenkes untuk lakukan fogging selagi kita juga punya alat sendiri,” ucapnya (18/3/2022).
“Beberapa yang kami semprot kemarin di 3 RT, yang tercatat kemarin ditemukan kasus, yaitu RT 07, RT 04, dan RT 06,” sambungnya.
Dikatakan Iskandar, pada tahun lalu di lingkungannya ditemukan total 8 kasus yang tersebar pada 4 RT. Sehingga, untuk mengantisipasi penyebaran pihaknya terus lakukan perawatan lingkungan baik kerja bakti maupun fogging.
“Itu terus berjalan sesuai protokol. Begitu ada kasus kami harus cepat karena penyakit itj sangat bahaya. Beruntung, selama ini belum ada kasus kematian akibat DBD di lingkjngan kami,” ucapnya.
“Kami terus koordinasi dengan Dinas Kesehatan dan Puskesmas Gayam begitu ada indikasi kasus,” tambahnya.
Sementara, Humas Rumah Sakit Umum Daerah dr Abdul Rivai, Erva Angrriana mengatakan, penularan yang terjadi di awal tahun 2022 ini, lebih tinggi jika dibandingkan kasus yang terjadi pada medio 2021 lalu. Sebab, jika melihat data pada 3 bulan terakhir tahun 2021 saja, kasus DBD hanya berjumlah 33 kasus.
“Kasusnya tinggi. Dari Januari sampai 4 Februari saja, sudah ada 30 kasus DBD, mayoritas penderitanya anak-anak. Ini yang dirawat di RSUD. Alhamdulillah belum ada yang meninggal. Kalau yang dirawat di puskesmas lain kami belum tahu jumlahnya,” jelasnya.
Tingginya kasus DBD akibat nyamuk Aedes Aegepty, tidak bisa dianggap sepele, dan perlu menjadi perhatian. Apalagi penularannya juga di tengah pandemi COVID-19 yang masih terjadi di Kabupaten Berau. Belum lagi, sektor kesehatan saat ini, masih terfokus pada penanganan COVID-19, yang menjadikan layanan kasus DBD berkurang.
Dengan kondisi seperti ini, kata dia, masyarakat diharapkan lebih siap untuk melakukan tindakan pencegahan penyebaran DBD. Sebab menurut Erva, faktor kebersihan lingkungan menjadi utama penyebab virus DBD.
“Apalagi kondisi rumah yang cukup padat, banyak sampah dan genangan. Ditambah masyarakat tidak menerapkan 3 M plus, ini bisa menjadi penyebab terjadinya penularan DBD,” katanya.
Penulis : Tim
Editor : Sofi
293 Comments