KALTIMTARA.ID, TANJUNG REDEB – Ketua DPRD Berau, Madri Pani menuturkan terkait Siswa SMAN 4 Berau untuk dititipkan di daerah Tanjung Redeb. Dirinya meminta kebijakan menitipkan siswa SMAN 4 Berau di daerah Tanjung Redeb pada saat Jembatan Sambaliung ditutup seharusnya memiliki opsi lain.
Madri menilai, walaupun hanya sebagian murid SMAN 4 yang berasal dari Tanjung Redeb, namun hal itu dikhawatirkan tidak efisien bagi siswa itu sendiri. Dikarenakan siswa harus bersosialisasi kembali untuk mengikuti sekolah sementara mereka.
“soal opsi menitipkan siswa SMAN 4 ke Tanjung Redeb ini Saya baru dengar, terkait hal itu tidak pernah mengajak DPRD Berau untuk berunding,” kata Madri kepada Kaltimtara.id, Rabu (5/10/2022).
Madri menuturkan, terkait hal itu lebih baik opsi yang diberikan berupa pembelajaran daring, atau pihak sekolah menyiapkan kendaraan alternatif yang jamnya sesuai dengan jam masuk sekolah.
“Jadi kekhawatiran untuk terlambat, ataupun antri saat penyeberangan bisa diminimalisir,” tuturnya.
Madri juga mempertanyakan, apakah mengenai sosialisasi terhadap orang tua, sudah cukup waktunya, atau sifatnya mendadak. Lantaran, pihaknya juga baru mengetahui opsi tersebut.
“Memang kewenangan ada di provinsi untuk SMA ini. Tapi saran saya dari pada opsi seperti itu, lebih baik daring, atau dari sekolahlah yang memfasilitasi penyebrangan,” ucapnya.
Sementara itu, disisi lain, Kepala Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kaltim, Wilayah VI Kabupaten Berau, Juanita Sari menjelaskan, keputusan tersebut menjadi opsi dari penutupan jembatan, yang dikhawatirkan saat penyebrangan memakan waktu yang cukup lama. Keputusan untuk menumpang atau dititipkan belajar itu diputuskan oleh orang tua siswa masing-masing.
“Memang kami kasih opsi, anak yang tinggal di di Tanjung Redeb, tetap masuk sekolah di SMA 4, atau numpang dulu sementara disekolah yang sudah dipilihkan,” jelasnya.
Dijelaskannya, keputusan dari wacana tersebut, berasal dari keputusan orangtua. Namun, pihaknya menyarankan untuk lebih baik belajar disekolah lain terlebih dahulu. Melihat dari sisi keselamatan, maupun estimasi waktu yang dibutuhkan untuk menyebrang, yang diakuinya nantinya bisa tidak sebentar dan rawan telat.
“Sebab sekolah tidak bisa mengundur waktu untuk jam masuk sekolah, mengikuti aturan yang berlaku,” jelasnya.
Adapun sekolah yang disediakan oleh pihaknya, yakni SMA Muhammadiyah, SMA PGRI dan SMAN 1 Berau, dan pembelajaran akan dipantau dari guru masing-masing dari sekolah tersebut.
“Sebenarnya penitipan sementara itu jauh lebih efisien daripada nanti bisa rawan telat. Tapi yang tinggal di Sambaliung, tetap masuk ke SMA 4 seperti biasa,” ujarnya.
Juanita menjelaskan, pihaknya juga tidak menyediakan opsi daring, lantaran pembelajaran tersebut diakui kurang efisien, mengingat jembatan tidak mungkin selesai hanya dalam waktu hitungan minggu.
“Semua keputusan ada di orangtua, jika memang orangtua tidak setuju jika harus dititipkan ke sekolah lain atau yang ditunjuk, maka tetap seperti biasa sekolah di SMA 4, tapi tetap mengikuti jam yang berlaku,” tandasnya.
Penulis : Rizal
Editor : Sofi Lestari
2 Comments