KALTIMTARA.ID, TANJUNG REDEB – Abrasi di Pulau Derawan masih terus terjadi. Sisi bagian timur pulau yang semula cukup luas dan memiliki pantai kini telah menyusut lebih dari 6 meter. Bahkan, sejumlah aset kampung peninggalan PON Kaltim tahun 2008 lalu pun kini lenyap.
Kepala Kampung Pulau Derawan, Bahri menuturkan,setiap tahun usulan penanganan abrasi pantai Pulau Derawan selalu disampaikan, baik secara langsung maupun dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) kecamatan. Hanya saja, sampai dengan abrasi yang sudah merobohkan sejumlah bangunan resort, tidak mendapatkan penanganan serius.
“Setiap usulan dalam Musrenbang sebelumnya. Tidak ada satu tiangpun yang terbangun. Kami paham ini semua akibat COVID-19, tapi kami minta persoalan ini harus diseriusi dengan cepat sebelum terlambat,” ungkap Bahri.
Pulau Maratua pun mengalami hal serupa. Daerah pesisir Kampung Payung-Payung kecamatan Maratua mulai abrasi. Kepala Kampung Payung-Payung, Darmaji mengungkapkan, abrasi yang terjadi di wilayahnya juga sudah semakin serius. Meskipun telah terpasang tanggul pemecah ombak, namun lokasinya belum merata. Akibatnya, sebagian rumah warga di pinggiran pantai saat ini terancam longsor akibat abrasi yang terus terjadi.
“Selain beberapa usulan prioritas lain. Ini juga sama halnya dengan Derawan, kami ingin persoalan abrasi bisa teratasi. Jika tidak, maka rumah warga Payung-Payung yang terancam,”tegasnya.
Terpisah, dorongan untuk segera menangani persoalan abrasi pantai Derawan dan juga pantai Kampung Payung-Payung disampaikan Ketua Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Berau Saga.
Dia menyebut, abrasi ini sudah terjadi cukup lama dan telah berulang kali diusulkan. Hanya saja alasan biaya penanganan yang cukup besar menjadi alasan persoalan ini tak kunjung tuntas. Sebagai salah satu daerah wisata bahari unggulan di Berau, semestinya pemerintah daerah tidak boleh berlarut-larut membiarkan abrasi pantai Derawan dan Maratua terjadi.
“Wisatawan datang ke laut ingin menikmati pantai. Lah kalau pantainya hilang terus mereka menikmati apa. Apalagi tidak semua wisatawan bisa menyelam,”ujarnya.
Selain itu, abrasi juga mengancam keberadaan resort atau kehidupan masyarakat setempat. Khusus Pulau Derawan aset kampung sudah dan bangunan salah satu resort telah lenyap. Kalau terus terjadi, bisa saja akan sampai ke wilayah pemakaman kampung dan penginapan warga lainnya. Jika ini terjadi, biaya yang diperlukan untuk menangani akan semakin membengkak. Oleh sebab itu, bila terbatas anggaran, penanganan bisa dilaksanakan secara bertahap. Yang terpenting persoalan ini teratasi.
“Wisata Derawan dan Maratua itu aset yang tak ternilai. Jangan sampai ini rusak karena kesalahan daerah akibat lambat menangani,” tutupnya.
Penulis: Tim
Editor: Fairuz
Leave a Reply