KALTIMTARA.ID, SAMARINDA – Air bangai atau bangar, adalah istilah yang tidak asing bagi warga Kalimantan, terurtama yang tinggal di sekitar lahan basah seperti sungai atau danau.
Menurut peneliti dari Unmul, Profesor Esti Handayani Hardi, fenomena air bangai adalah kondisi air yang berubah warna menjadi merah kecoklatan dan cenderung berbau amis. Biasa disebabkan oleh fenomena alam dan banjir di hulu Mahakam. Di mana, menyebabkan ikan di sungai menjadi mabuk, hingga mati mengambang.
Namun, untuk penyebab pastinya, masih belum diketahui. Ia mengaku, saat ini masih dilakukan pengiriman sampel ke laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan.
“Nah jadi kebetulan saya itu lagi uji coba di daerah Desa Loa Kulu Kota, Kecamatan Loa Kulu, Kutai Kartanegara. Karena kemarin ada banyak laporan ikan mati, jadi saya kesana sambil mengukur kualitas air,” ucapnya.
Dikatakannya, kualitas oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) air Sungai Mahakam berada dibawah angka satu, yakni berada di angka 0,8. Sedangkan untuk nilah pH (Power of Hydrogen) berada di angka 8,2.
“Hasil saya wawancara dengan para petani, saat itu untuk daerah Sungai Kapih tidak ada kasus kematian ikan. Yang ada itu di daerah Loa Kulu dan sepanjang Sungai Mahakam,” bebernya.
Secara teoritis, ucap Esti, gerhana bulan memang berdampak pada pasang surut air. Namun, apakah menyebabkan air Sungai Mahakam menjadi bangai belum bisa ia simpulkan.
“Ulasannya panjang sekali. Saya cari korelasi antara DP dan pH itu banyak dan tidak selalu linier,” jelasnya.
Ia sendiri masih mengulas secara lengkap penyebab pasti air sungai menjadi bangai, secara ilmiah dan fakta dilapangan.
“Untuk normal biasanya di tempat budidaya TDS (Total Dissolved Solid) adalah 3 ppm (part per million). Untuk Sungai Mahakam secara umum biasanya sampai 5 ppm. Tapi di beberapa titik yang saya ukur malah berada di bawah 1 ppm. Itu yang menyebabkan ikan mengambang di permukaan air, karena kadar oksigennya yang rendah,” ucapnya.
“Namun, faktor utama pemicu apapun sampai sekarang saya belum dapat,” pungkasnya.
Penulis: Bayu
Editor: Fairuz
3 Comments