KALTIMTARA.ID, TANJUNG REDEB – Bupati Berau Sri Juniarsih beserta jajarannya menyambangi posyandu Mayang Merah yang terletak digang Muslimin Jalan Pemuda Kecamatan Tanjung Redeb, pada Kamis (21/7/2022).
Hal itu dilakukan karena saat ini kabupaten Berau berada di peringkat kelima sebagai kabupaten/kota Se-Kalimantan Timur dengan kasus stunting mencapai 25,70 persen.
Dalam hal itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau terus berupaya dalam penanganan kasus stunting, dengan menargetkan penurunan angka stunting yang signifikan sebesar 13,80 persen hingga tahun 2024 mendatang. Termasuk menyusun langkah untuk melakukan pencegahan sebagaimana juga menjadi komitmen bagi Pemerintah Pusat.
Bupati menghimbau, untuk mengaktifkan kembali beberapa pos pelayanan terpadu (posyandu) yang sempat redup semenjak pandemi COVID-19. Agar dapat mencukupi asupan-asupan gizi dan kesehatan bagi bayi dan balita.
“Dikarenakan angka stunting di Kabupaten Berau termasuk tinggi, Jadi, saya mengimbau kepada seluruh petugas posyandu utamanya orang tua yang memiliki bayi untuk bisa memperhatikan tumbuh kembang anaknya,” imbuhnya.
“Hari ini saja ada sekira 30 bayi yang datang ke Posyandu. Yang pasti, setelah melihat keadaan di lapangan, kita harus kerja ekstra untuk penanganan kasus stunting ini,” sambungnya.
Bupati juga menghimbau untuk dilakukan edukasi kepada masyarakat dengan melibatkan setiap stakeholder. Menurutnya, pencegahan stunting itu sendiri harus dimulai kepada ibu dari 3 bulan sebelum menikah dengan mengonsumsi vitamin A. Bahkan, terus berlanjut hingga saat hamil dan setelah bayi lahir.
“Terutama masyarakat yang memiliki balita untuk memperhatikan asupan gizi yang dikonsumsinya. Di masa 2 tahun sang balita wajib diberikan ASI. Kemudian, saat di atas 2 tahun harus sudah mulai diperhatikan makanan tambahan yang bergizi serta pemberian vitamin supaya mereka tumbuh dan berkembang dengan baik, secara organ tubuh hingga pertumbuhan otak yang bisa termaksimalkan,” tuturnya.
Dijelaskannya, kasus stunting bagi balita yang berada di bawah 2 tahun masih bisa diperbaiki dan diobati. Tetapi, apabila sudah di atas 3-5 tahun sangat susah untuk ditangani. dikhawatirkan ketika balita terkena stunting, otomatis semua organ tubuhnya tak bisa berkembang dengan baik
“Oleh karenanya, tumbuh kembang anak mulai dari sebelum sang ibu menikah 3 bulan sampai hamil dan menyusui hingga anak berusia 2 tahun dan seterusnya, harus diperhatikan gizi dan kesehatannya supaya tidak terjadi stunting,” jelasnya.
Bupati Berpesan, penyebaran informasi yang mengedukasi itu harus menyasar kepada masyarakat di seluruh 13 kecamatan yang terdiri dari 100 kampung dan 10 kelurahan. Termasuk untuk kembali mengaktifkan posyandu yang dinilai sangat berpengaruh kepada perubahan atau perkembangan anak-anak.
“Segala kekurangan dan keterlambatan harus kita kejar. Karena target dari daerah sendiri untuk 2024 angka stunting harus menurun 13,80 persen,” ucapnya.
“Untuk posyandu di Kabupaten Berau selama ada petugas posyandu dan saling bekerja sama dengan Dinkes dan Puskesmas, kemudian didukung dengan adanya alat timbang dan alat ukur serta PMT, maka itu sudah memenuhi syarat. Yang terpenting adalah edukasi kepada masyarakat,” sambungnya.
Untuk diketahui, pemkab Berau turut menggarap Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) sebagai upaya yang juga sangat berpengaruh untuk penanganan dan penurunan angka stunting. Untuk itu, pemkab Berau telah menempatkan 10 lokasi yang menjadi konsentrasi penanganan, yaitu : Kampung Tanjung Batu, Kampung Labanan Jaya, Kelurahan Gunung Tabur, Kampung Maluang, Kelurahan Sambaliung, Kampung Kasai, Kampung Suaran, Kampung Sukan Tengah, Kelurahan Karang Ambun, dan Kampung Tumbit Dayak. (Adv)
Penulis : Rizal
Editor : Sofi
Leave a Reply